|
Seems like mini Niagara or Iguazu? (Sumber: http://bersapedahan.wordpress.com) |
Judulnya agak mengecoh, bukan? Atau malah menarik perhatian?Bekasi, kan kota dataran rendah, tandus pula. Mana mungkin ada curug?!Kalaupun bener ada curug di "kota debu" ini, emangnya beneran mirip seperti air terjun Niagara yang ada di New York itu?
Well, saya sendiri juga belum bisa membuktikannya sebelum bertandang ke tempat tersebut.Gara-gara beberapa waktu lalu kota Bekasi sempat "terkenal" di sosial media, saya jadi teringat dengan pengalaman saya menjelajahi sudut kota yang terkenal dengan nama "kota sejuta pabrik" itu. Awalnya saya pesimis akan adanya wisata alam (tenang) di sini. Namun, setelah saya berhasil berkunjung ke Saung Ranggon beberapa waktu lalu, maka saya mulai optimis akan adanya lokasi unik lainnya di Bekasi. Sayapun mulai mencari-cari info di internet dengan blog walking, hingga akhirnya ada 1 foto yang menarik perhatian saya. Tampak sebuah air terjun yang memanjang/horizontal "agak mirip" seperti Niagara. Jujur, saya sempat tersentak kaget setengah bingung begitu tahu kalau ada pemandangan kayak gini. Pikir saya, nggak mungkin juga ada curug (air terjun) yang seperti ini di daerah kota, apalagi lokasinya di Bekasi pula!
Curug Parigi ini berada di Cileungsi dan tidak jauh dari Jalan Raya Narogong. Berbekal panduan Google Maps, saya, Oztyn, dan Thomas mulai memacu motor bebek kami di siang hari. Memang kelihatannya cuma perjalanan kayak biasa saja, namun ceritanya bisa jadi "luar biasa" kalau perjalanannya melewati jalan antar kota.Jakarta boleh saja bangga karena punya bus TransJakarta yang cepat dan nyaman. Namun, sayang.. ibu kota tercinta itu tidak "dianugerahi" angkot yang melimpah sebanyak di Bekasi. Berbahagialah warga Bekasi karena kalian disediakan banyak pilihan kendaraan umum untuk mencapai tujuan. Tapi tentu saja hal macam itu nggak akan efektif jika ratusan angkot itu ngetem dan berhenti di sembarang tempat. Ujung-ujungnya kalian pasti juga sudah pada tahu, kan.. bakal jadi apa?
Bukan pantura namanya kalau jalanannya tidak "diperindah" dengan kabut pasir dan puluhan truk yang melintas. Jalan aspalnya pun kian "dipercantik" dengan beberapa lubang sebesar kubangan mandi kerbau. Sepertinya kemampuan mengendarai motor saja nggak cukup.Minimal konsentrasi, mental, dan kesabaran sudah mendekati level bhikkhu atau paus untuk berkendara di jalanan berbahaya ini. Saya bahkan sempat terpikir untuk mengajukan SIM Bekasi agar bisa dijadikan SIM internasional pula jika medannya saja sudah sesulit ini (cukup menghayalnya).
Saya agak ragu dengan keakuratan petunjuknya di peta karena letaknya berada jauh dari jalan aspal. Kami terus mengikuti arah penunjuk di peta dan tiba di komplek perumahan bernama Vila Nusa Indah. Sampai di titik ini kami kebingungan karena adanya tembok batas perumahan yang menghalangi. Sebenarnya bisa saja ditembus dengan menyusuri tembok ini sampai ke ujung. Namun, yang jadi rintangan utamanya adalah semak-semak yang tak karuan dan jebakan tanah lembek berlumpur yang tak terlihat. Niat untuk turun kami batalkan dan kami mencari jalan lain untuk bisa turun ke bawah di sisi seberang sungai.
"Kalau mau turun dari seberang, jalannya jauh, mas.. muter lagi ke jalan raya depan," kata seorang bapak yang sedang bermain gaplek bersama teman-temannya di pos satpam. Karena tak ada pilihan lain, kami mencoba cari jalan lain sesuai saran si bapak, yaitu dengan keluar dari komplek dan mencari jalan memutar yang ternyata cukup jauh. Setengah jam kemudian kami kembali lagi di jalan raya Narogong. Mulai di titik ini kami mengandalkan "kompas berjalan" untuk mencapai curug, ya karena orang lokal pasti lebih mengenal seluk-beluk daerahnya daripada Google Maps.
Makin kecewa karena beberapa orang di pinggir jalan yang kami tanya ternyata mereka tidak tahu apa itu Curug Parigi. Di saat bingung itu, intuisi tiba-tiba berjalan. Saya melihat sebuah gang kecil di antara tembok pabrik di seberang jalan yang menuju entah ke mana. Gang itu mengarahkan kami ke perkampungan yang berada di pinggir tebing yang tinggi. Di bawah dataran tinggi ini tidak ada apa-apa selain lapangan tanah merah dan rerumputan tandus. Justru lapangan itulah yang dijadikan kami sebagai tempat parkir motor sementara, dan curug pun sudah terlihat berada di bawah tebing. |
Kemungkinan bakal ada proyek di sini (Sumber: http://bersapedahan.wordpress.com) |
Benar saja bila banyak orang yang mungkin nggak tahu kalau curug ini punya nama. Saya sendiri juga bingung dapat nama Parigi dari mana karena curug ini sama sekali bukan tempat wisata. Sungai (kali) besar yang ada perbedaan tinggi di tengan-tengah alirannya sehingga membentuk air terjun setinggi 2 meter. Well, jika sebelumnya saya bilang kalau curug ini mirip dengan air terjun Niagara, maka untuk kali ini saya tegaskan tidak. Namun, khusus kunjungan saya pada saat itu saja, ya..
Siang itu, curug terlihat sangat, bah... buruk sekali! Warna airnya super cokelat, nggak ada bedanya dengan air comberan. Saya nggak heran karena pada saat itu emang musimnya hujan. Tapi, tanggung rasanya kalau cuma melihat dari atas saja, makanya kami bertiga mencari jalan "paling aman" untuk turun ke bawah. Agak susah tampaknya, karena tanah merah yang nyaris vertikal itu terlihat tidak solid. |
Maklumlah, musim hujan... |
|
"Mud Sensation" |
Perlahan tapi pasti, kami pun sudah sampai di bawah untuk sekedar melihat curug cokelat itu dari dekat. Sayang sekali, saya ke tempat ini di waktu yang salah. Tapi saya rasa hal serupa juga terjadi di beberapa sungai di dunia sewaktu musim hujan. Dari hillir sungai membawa endapan lumpur sehingga merubah warna sungai. Saya sendiri berusaha untuk tidak menaruh ekspektasi terlalu tinggi di setiap perjalanan, karena nggak mau kecewa pada akhirnya. Karena bagi saya esensi dalam sebuah perjalanan adalah proses mencapai tujuannya.
Saya yakin sekali, bila air di sungai ini tidak kotor, suasananya pasti terasa sangat berbeda. Tidak terasa seperti di perkotaan. Kedepannya, mungkin curug ini akan terlupakan. Karena hamparan tanah merah lapang itu bisa saja dijadikan proyek pabrik ataupun perumahan, sehingga akses ke curug ini menjadi lebih sulit. Andai saja pemda setempat sadar akan potensi lingkungannya, minimal taman kota bisa saja dibangun di kawasan sungai yang memiliki curug mirip Niagara ini. Yap, setidaknya menyerupai jika airnya jernih. |
Curug Parigi tampak "bersih" (Sumber: http://bersapedahan.wordpress.com) |
Yes, Bekasi does have a Niagara falls! It's a mini Niagara called Curug Parigi! (wtf...)
Koordinat GPS Curug Parigi: -6.342643, 106.970530"It's not just about the destination, but the journey"
(Maret 2014)
Terimakasih anda telah membaca artikel tentang [Road Less Traveled] Ada Air Terjun Niagara di Bekasi. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan anda untuk mencantumkan link https://howtravelguide.blogspot.com/2014/11/road-less-traveled-ada-air-terjun.html. Terimakasih atas perhatiannya.