|
Lokasi Pasir Ris |
Entah sudah berapa juta situs web dan blogger yang membahas tentang wisata Singapura. Saya jadi gregetan juga ingin ikut membahasnya. Namun berasa basi juga jika saya mengulas tempatnya yang itu-itu aja. Lupakan Orchard, Merlion, Marina Bay, Sentosa, sebagian besar foto turis yang ke Singapura pasti mainnya ke sana. Ugh... Basi abis, bukan? Justru itu Makan Angin mencoba untuk explore wisata di negeri singa yang mungkin tidak (jarang) ditemukan di itinerary paket tour dan travel pada umumnya.
Hari itu saya bangun lumayan pagi karena sang surya telah "menembakkan" sinar silaunya hingga menembus gorden tepat pada wajah saya yang masih setengah sadar. Tumben sekali, biasanya saya yang malas bangun ke kantor, kini malah langsung seger untuk segera ngacir dari kamar. Pagi itu sekitar jam 8 kurang, saya menunggu seseorang yang sebelumnya sudah janjian. Bukan karena kita mau jalan bareng, tapi karena dia adalah abang ojek yang bakal mengantarkan saya ke terminal ferry Nongsa. Pengalaman pertama nyeberang negara dengan ferry ini tentu saja membuat saya semakin excited. Namun apes sekali, saat itu ternyata terlihat antrian yang sangat panjang sekali hingga ke lobby. Setelah beli tiket ferry, saya pun mau nggak mau ikut ngantri panjang proses cap imigrasi dari paling belakang.20 menit telah berlalu dan kini saya sudah duduk di ferry tanpa mengenal siapapun. Sekedar untuk mencairkan suasana, saya mencoba mengajak ngobrol seorang bapak di sebelah saya. Begitu juga dengan kedua ibu-ibu di bangku belakang. Hanya satu kata yang keluar dari mulut saya pada saat itu, "Hello!" setelah itu kami terdiam tanpa mengeluarkan satu patah kata pun. Jelas saja, ternyata satu kapal ini dipenuhi dengan turis asal Korea Selatan. Dan si bapak dan ibu tadi sama sekali nggak bisa bahasa Inggris. Perjalanan 45 menit ke depan saya lalui disertai dengan rasa canggung.
Mengingat ini masih pagi, maka seharian penuh bakal saya habiskan dengan mengeksplorasi ke tempat-tempat pelosok. Perjalanan anti-mainstream kali ini membawa saya ke bagian timur Singapura, jauh dari hiruk pikuk pusat kota yang modern. Tujuan saya traveling justru untuk menemukan space agar bisa menikmati suasana. Makanya saya berniat "kabur" dari kerumunan manusia kota yang serba sibuk. |
Pintu masuk utama lagi dibredel |
Tempat wisata "tersembunyi" yang saya maksud adalah Pasir Ris Park. Kalau dilihat di peta, Pasir Ris itu letaknya di paling ujung kanan jalur MRT. Entah sudah berapa kilometer saya berjalan kaki sejak tadi pagi, namun rasa penasaran saya akan tempat-tempat baru selalu mengalahkan rasa lelah. Puas mengeksplorasi daerah Peranakan di pagi hari, kini saya langsung menuju ke Pasir Ris Park. Kawasan hutan mangrove yang luas "disulap" menjadi taman wisata yang tepat bersebelahan dengan kompleks perumahan. Taman yang dibuka pada tahun 1989 ini memiliki luas 71 hektar dan menempati pesisir timur laut sepanjang 6,6 km. Tidak ada counter tiket di depan pintu masuk, alias gratis. Setelah melewati pintu masuk saya disambut oleh jembatan kayu panjang di tengah hutan bakau. Sesekali terdengar suara kicauan burung-burung di antara rimbunan bakau yang menjadikan suasana asri. |
Peta Lokasi yang lumayan jelas (Sumber: http://infocommclub.files.wordpress.com) |
|
Jembatan Kayu di tengah bakau |
Seketika keluar dari hutan bakau, saya melihat pemandangan taman hijau yang luas. Tepat di sebelahnya saya dapat langsung melihat laut lepas. Angin laut berhembus ke tepian pantai dengan kencangnya-ditambah lagi dengan limpahan oksigen hasil dari pepohonan sekitar yang berfotosintesis. Perpaduan energi alam ini telah meciptakan atmosfer yang sejuk dan teduh di siang hari. Saya pun duduk di salah satu bangku taman yang telah disediakan hanya untuk sekedar merasakan hawa damai ini. Pasir Ris Park memang arena aktivitas yang mengasyikkan bagi para penggiat hobi. Jalur aspal dibuat dengan rapi mengelilingi seluruh taman untuk mendukung aktivitas bersepeda dan jogging. Seru juga melihat aktivitas para warga negeri singa ketika mereka sedang menghabiskan waktu luangnya. Saya sempat berhenti sebentar cuma untuk nontonin aksi berselancar angin dari komunitas kitesurf. Jalan sedikit dari tempat itu, saya kembali terkesima oleh beberapa layang-layang yang sedang beraksi diterbangkan oleh sekumpulan bapak-bapak. Semakin lama diperhatikan makin bosan juga! Gerakan layang-layangnya sungguh monoton, cuma muter-muter nggak jelas di satu poros. Oh, ternyata ini dual control kite! Dibutuhkan keserasian kedua tangan untuk mengontrol terbangnya layang-layang berukuran besar ini. Jika sudah mahir, mungkin seru juga mainnya meski gerakannya cuma gitu-gitu aja. Buktinya si bapak-bapak sudah berkali-kali terbangin kite-nya dan nggak merasa bosan. |
Taman di tepi pantai |
|
Taman yang teduh cocok untuk beraktivitas |
|
Mempersiapkan layang-layang sebelum diterbangkan |
|
|
Tak kalah menarik pula, taman terbesar di Singapura ini menyediakan banyak fasilitas outdoor, seperti meja piknik, panggangan BBQ, playground, dan menunggang kuda pony. Semakin sore ternyata malah makin ramai pengunjung. Biasanya orang-orang kantoran yang usai bekerja datang untuk jalan-jalan sambil bercengkerama bareng kolega mereka-sekedar refreshing melepas penat setelah seharian beraktivitas di kota. Merasa kurang seru dan gereget sama jalan-jalan kali ini? Butuh hiburan yang lebih ekstrim? Anda adrenaline junkies? Coba saja kunjung ke water theme park terbesar di Singapura yang masih dekat dengan Pasir Ris Park, Wild Wild Wet. Cobain deh beberapa wahana seluncuran di sana. Meski kelihatannya cuma perosotan biasa, namun justru ketinggiannya itu yang luar biasa. Cocok bagi yang hobi memompa adrenalin. Bagi kamu yang ingin berkunjung ke Pasir Ris Park untuk pertama kalinya, pintu masuk utama berada tepat di seberang terminal bis, tidak jauh dari stasiun MRT Pasir Ris. Tak perlu cemas jika tersesat karena selalu ada akses langsung ke jalan raya dan mal terdekat. Selalu ada tempat-tempat rahasia yang tidak kalah bagus dari main attraction-nya di setiap negara, cuma kurang komersil saja dan kurang gengsi bagi orang awam."Leave nothing but footprints. Take nothing but pictures. Kill nothing but time"