|
Stasiun Kota Baru Malang |
Sudah hampir satu setengah jam saya dan Thomas masih di dalam Tourist Information Center. Masih di bangku yang sama pula kami duduk lama sambil menyentuh-nyentuh layar HP masing-masing. Bukan karena kami sudah bosan menunggu si penjaga resepsionis yang lama melayani. Dan juga bukan karena kami sudah bingung mau kemana lagi sehingga kami nongkrong lama di tempat itu. Justru kami sedang searching tempat rental motor di kota Malang ini via Google. Berjalan kaki jarak jauh sejak tengah hari tadi membuat kami sangat lelah. Dan kini keadaan malah semakin "panas" ketika kami tahu bahwa rental motor yang direkomendasikan sudah penuh. Saya dan Thomas pun kalang kabut setengah mati, terancam terdampar di kota orang dengan dilanda kebosanan maksimal selama 3 hari ke depan jika kami tidak mendapat motor sewaan hari itu juga.Suatu pengalaman yang tak terpikirkan sebelumnya, kami berdua hanya memesan tiket kereta pulang-pergi Jakarta-Malang begitu saja tanpa menghiraukan bagaimana dan di mana kami akan tidur dan sebagainya. Padahal keberangkatan kami tanggal 27 Des 2013. Kebayang sendiri, kan bagaimana ramainya pas waktu high season saat itu? Ya, pokoknya kami go show aja, deh!
Singkat cerita, akhirnya kami berdua tiba di Stasiun Malang melebihi waktu yang dijanjikan. Ngaret abis! Jam 11 siang kita benar-benar baru menginjakkan kaki di kota Malang, 2 setengah jam ngaretnya. Maklum, kereta ekonomi tambahan...18 jam lebih di dalam kereta tanpa tidur nyenyak dengan kursi yang hampir 90°, it's such pain in the ass, but it was fun. Benar-benar pengalaman seru yang bikin badan "rontok". Meski tenaga masih belum terkumpul, kami masih harus keliling lagi untuk mencari penginapan.
|
Daripada cuma bengong 18 jam di kereta |
Dari hasil tanya-tanya di forum online terbesar Indo, saya mendapat info tentang penginapan murah bernama Setia Budi-yang lokasinya hanya beberapa ratus meter saja dari stasiun. Begitu tiba di sana, resepsionis langsung menawarkan kamar dengan harga yang paling murah karena memang cuma 1 itu yang tersisa. Emang dasar naluri kayak cewek shopping, kami malah memutuskan untuk coba keliling ke penginapan-penginapan berikutnya dengan asumsi: bisa saja ada harga yang lebih murah, kan?
Jujur saja, kami masih belum tahu nama dan lokasi penginapan lain yang akan kami tuju selanjutnya. Nah, di sinilah salah satu keunggulan dari kota Malang! Terdapat Tourist Information Center di beberapa lokasi (sejauh ini saya baru lihat 3). Segala sesuatu yang "mengganjal" di hati bisa ditanyakan langsung di sana. Setidaknya kami sudah mendapat "bayangan" di otak kami untuk ke mana, di mana, ada apa, dan apa yang dapat dilakukan di sekitaran Malang ini.
Maka kami disarankan ke Jona's Homestay, penginapan beken di kalangan backpacker karena tarif per malamnya terjangkau dan di sana ada rental motor. Google Maps mematok jarak yang lumayan jauh ke lokasi dari tempat kami berada sekarang. Ya, kami tempuh dengan jalan kaki kembali lewat jalan yang sama. Dan bila Tugu Kota Malang bisa ngomong, maka ia akan mengeluh, "Yaelah, lu lagi lu lagi..." Namun kami tak sempat berimajinasi demikian karena pada saat itu kami sedang menikmati berjalan kaki di atas trotoar yang cukup rapi dan teratur. Di bawah bayang-bayang pepohonan rimbun yang terasa sejuk, tenaga kami pun terasa terkumpul sedikit demi sedikit. |
Tugu Kota Malang yang sedang difoto Thomas |
|
Tugu Kota Malang bersama pengunjung |
|
Bunga bersama Tugu Kota Malang |
|
Tugu Kota Malang bersama matahari |
Namun, jawaban yang kami dapat begitu tiba di Jona's hanyalah sebuah kata yang mengecewakan yang kalian pasti sudah tahu. Mungkin karena melihat wajah kami berdua yang memelas dan "acak-acakan" belum mandi sejak kemarin malam, si mbak resepsionis jadi tergerak hatinya untuk membantu kami mencarikan penginapan lain yang masih ada kamar kosongnya. 3 penginapan sudah ditanya sama si mbak via telepon, namun jawabannya tetap sama, "PENUH!" Mendengar hal tersebut mental kami langsung down seketika itu juga. Nasib kami pun makin terpuruk begitu mendengar jawaban selanjutnya dari si mbak, "Motornya kosong, sudah dibawa semua sama tamu-tamu lainnya.." Karena badan dan pikiran yang super lelah, saya hanya bisa menerima dan mengiyakannya saja. Istilahnya, kami benar-benar sudah heartless. |
Jona's Homestay (Sumber: www.hotelmurahmalang.com) |
|
Interior Jona's (Sumber: www.tripadvisor.co.uk) |
Namun keberuntungan masih berpihak pada kami! Ternyata masih ada 1 penginapan lain yang masih ada kamar kosongnya! Sebelum beranjak dari Jona's, si mbak memberikan kami secarik kertas yang tak lain adalah nomor kontak jasa rental motor cadangan. Penginapan yang dimaksud bernama Hotel Palem 1 yang lokasinya tidak terlalu jauh, cuma sekitar 1 km dari Jona's. Namun entah bagaimana karena mental yang sedang korslet, kami malah tersesat masuk ke gang-gang kecil. Hingga kami benar-benar hampir putus asa dan mulai memencet tombol bel rumah kos-kosan. Ya, kami coba nawar sewa kamar kos sebagai alternatif. 10 menit sudah berlalu namun nggak nampak siapapun yang keluar. Terpaksa kami harus terus berjalan sampai ketemu yang namanya Hotel Palem 1.
Waktu menunjukkan sekitar jam 2 siang. Dua "anak hilang" ini masih aja jalan kaki sambil ditemani matahari yang sedang semangat. Hingga akhirnya kami pun menemukannya di jalanan macam komplek perumahan. Lokasinya ngumpet di sebelah jalan utama. Masuk gang yang suasananya sepi abis meski di siang bolong. Di dalamnya juga hening sehingga kami berasumsi mungkin cuma kami aja yang nginap di hari itu. Cocok sekali untuk tipe pengunjung yang suka keheningan.
|
Hotel Palem 1 dengan suasana sepinya (Sumber: tentangmalang.com) |
|
Bila sedang mencari Hotel Palem 1, patokannya ya ini |
Beberapa saat setelah ritual bersih-bersih diri di kamar, saya langsung menelpon rental motor yang tadi. Namanya juga high season, tentu saja kosong juga motornya. Orangnya malah menyarankan kami untuk coba cari-cari tukang ojek di sekitar stasiun, siapa tau ada abang yang mau nyewain. Singkat cerita, kami tiba di stasiun dan bingung harus ngapain. Memang banyak motor di sana, tapi itu mah parkiran motor biasa. Nggak ada pilihan lain, maka kami kembali ke tourist information yang lainnya. Masalah "alas berbaring kepala" sudah tuntas, tinggal satu masalah lagi yang harus selesai hari ini juga.
Setiba di sana kami disambut dengan kata "KOSONG" dari si mas penjaga. Kami pun penasaran dan bertanya, "Memangnya nggak ada tempat rental yang lainnya?" Si mas malah menjawabnya dengan nada kecewa, "Nggak ada lagi. Biasanya sih.. kita nyari motornya emang dari Jona's. Udah biasa itu di sini.." Mendengar kata-katanya membuat kami jadi benar-benar putus asa. Udah bingung mau cari kemana lagi, maka kami memanfaatkan wi-fi di sana untuk mencarinya via Google. Saya berasumsi jika semua hotel dan tourist info di Malang bekerja sama cuma dengan 1 rental motor, yaitu cuma Jona's saja. Jadi jika di Jona's sudah habis, maka mereka semua juga berkata demikian dan tidak ada rekomendasi lainnya.
Dari page 1 sampai page 7 yang kami telusuri sebagian besar link bersumber dari bermacam-macam blog. Yang bikin marah, ternyata beberapa blog-nya itu adalah rental yang sama dengan berbagai versi blog yang berbeda. Dari kelima nomor yang kami hubungi semua motornya sudah habis disewakan. Kami terus searching sampai tak terasa kami sudah 1 setengah jam di tempat itu. Si mas penjaga juga sudah berusaha bertanya ke orang-orang sekitar situ, namun tidak ada lagi yang bisa disewakan.
Bagaimanapun juga, kami harus segera membalikkan keadaan dan pantang menyerah. Dan dari sejumlah nomor yang kita coba hubungi ternyata masih ada harapan bagi kami. "Ada mas, tinggal sisa 1, nih.. motor matic..." kata seorang pria di telpon itu. "PUJI TUHAN!!" teriak kami sekeras-kerasnya (nggak seekstrim itu, cuma dalam hati). Kami pun beranjak dari kursi yang terasa panas karena sudah diduduki kami dari tadi. Tidak lupa juga berterima kasih pada si mas penjaga atas bantuannya. Lagi-lagi kami harus jalan kaki ke tempat ambil motornya di depan Stadion Gajayana. Lumayan jauh juga sekitaran 2 km, namun kami jalani dengan rasa bahagia mengingat "two biggest problem of today" sudah diselesaikan semuanya.
Berkilo-kilometer sudah jarak yang kami tempuh dengan berjalan kaki sejak siang demi mencari penginapan dan motor sewaan. Untuk motor yang nggak bisa di-starter kontak seharga Rp75.000/hari sudah pasti mahal bagi siapapun juga. Tapi kembali lagi pada semua hal yang sudah kami pejuangkan seharian ini. Ya, apapun yang diterima kami harus bersyukur akan hal tersebut.
Yang namanya traveling, belum tentu segala sesuatu bakal berjalan dengan mulus seperti apa yang sudah kita harapkan sebelumnya. Kalau saya sendiri malah menganggap ini bukan sebagai suatu kendala yang harus dikeluhkan terus-menerus. Nggak perlu lah pakai acara merengek segala, macam bocah ingusan. Namun jadikanlah sebagai pelajaran bagi diri sendiri. Kita bisa tahu sejauh mana kemampuan mental kita sendiri dapat bertahan dan bagaimana kita seharusnya bersikap di saat keadaan tertekan sekali pun.
Ingat! Tidak selamanya perjalanan itu selalu berjalan sesuai yang diharapkan. Dan jangan berpikir mau enak-enaknya melulu. Minimal ada up and down-nya supaya traveling terasa lebih seru dan nggak "garing". Justru itulah seni dari sebuah petualangan yang sesungguhnya."It's not about the destination, but the journey" |
Sedikit petunjuk kota Malang |
RED : Malang Tourist Information Centre
Google Maps : -7.979567, 112.630931 dan -7.980948, 112.630233
BLUE : Tugu Kota Malang
GREEN : Stasiun Kota Baru Malang
YELLOW : Stadion Gajayana
Jonas's Homestay: -7.970397, 112.634407
Hotel Palem 1 : -7.968772, 112.631360"Leave nothing but footprints. Take nothing but pictures. Kill nothing but time"(Desember 2013)
Terimakasih anda telah membaca artikel tentang Hampir Putus Asa di Malang. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan anda untuk mencantumkan link https://howtravelguide.blogspot.com/2014/03/hampir-putus-asa-di-malang.html. Terimakasih atas perhatiannya.