|
Departure/check-in hall lantai 2 T1 (Sumber: straitstimes.com) |
Cerita ini masih satu trip dengan yang ini
Baru saja pesawat yang saya tumpangi tiba di Changi Airport, kini saya bersama 2 teman jalan saya harus segera "berburu" spot enak buat "tidur ayam" sembari menunggu penerbangan berikutnya ke Jakarta sekitar 7 jam ke depan. Trip yang sangat melelahkan selama hampir seminggu di Vietnam membuat ranjang yang empuk bagaikan berlian yang berharga.Bagaimana nggak capek? Setiap harinya kami berkeliling kota cuma dengan jalan kaki aja. Satu hari full kami bisa "hajar" sampai kurang lebih 10 km. Makanya di hari terakhir ini kami nggak bisa merasakan lagi berlian yang berharga itu karena bakal bermalam gratis di Changi Airport.Jam menunjukkan pukul 1 subuh dan kemudian terdengar suara keroncongan di perut yang tentunya mengingatkan bahwa kami lupa makan malam sebelumnya. Kami pun keliling Terminal 1 dengan harapan bisa menemukan resto 24 jam yang tempatnya nyaman. Lumayan buat leyeh-leyeh beberapa menit setelah perut kenyang. Akhirnya kami melipir ke resto chinese fast food di lantai 2 hall departure/check-in, dekat dengan counter Air Asia. Namanya juga udah lapar, ya saya pesan aja menu semangkuk besar mie kuah lengkap dengan topping sayuran, telur rebus setengah potong, dan irisan daging yang bikin ngeces. Pas mau bayar di kasir saya lumayan dikejutkan dengan harganya mengingat ini di airport. Dan ternyata harga semangkuk besar mie ini sama dengan 2 hari makan selama saya di Vietnam! Serius! Ya sudahlah saya nikmati saja mumpung hari terakhir. Ternyata lezat abis, sampai saya seruput kuahnya hingga tetes terakhir (kata iklan susu dulu). Ada harga, ya ada mutu pastinya. |
Mie besar yang saya lupa namanya (Sumber: jauntsandjoints.blogspot.com) |
Perut udah kenyang dan tenaga pulih kembali, kini saatnya cari spot buat selonjoran. Di lantai 2 sudah ramai pula dengan orang-orang yang pada berbaring di tiap kursi. Nampaknya di sini cukup gaduh, banyak yang berlalu-lalang, dan cahaya lampunya terlalu terang. Jadi kami mencoba untuk mencari tempat yang benar-benar di pojok. Insting ngantuk membawa kami naik ke lantai 3 yang kelihatannya lebih sepi. Begitu tiba di atas, ternyata ada KFC di sebelah kanan. "Yah, tadi mah makan di sini aja kalo tau ada KFC!" protes saya yang sama dengan kalian pikirkan. |
Peta Terminal 1 (Sumber: drukair.com.sg) |
Dari eskalator tadi kami jalan terus ke arah kiri mengikuti tanda menuju ke Viewing Mall, atau bahasa Melayunya Dewan Lambaian. Di sini terdapat banyak bangku panjang tanpa handle yang tentunya bisa buat rebahan. Namanya juga viewing mall, jadi banyak kaca transparan buat lihat-lihat mall di bawah dan juga pemandangan lapangan udara. Di lahan yang luas namun nyaris kosong-melompong ini memang tidak ada apa-apa, kecuali bangku-bangku panjang dan children playground. Lokasinya yang dipojok membuat suasana lebih hening dan saya pun berharap tidurnya jadi lebih berkualitas. Terbukti dengan beberapa orang yang tertidur pulas. Tidur massal ini ternyata dipadati dari semua kalangan. Nggak cuma travelers aja, ada juga bapak-bapak businessman yang tidur lengkap dengan kemeja dan kopernya. Nampaknya mereka juga sudah nggak peduli sama papan peringatan yang dipajang di tembok "Don't Sleep in Viewing Mall". Bahkan para pengawas berpakaian militer yang sedang patroli saja nggak mempedulikannya. |
Luas melompong (Sumber: passengerterminaltoday.com) |
|
Playground (Sumber: ourlittlesmarties.com) |
Setiap orang sudah menempati spot-nya masing-masing. Jadi saya coba keliling dulu lihat-lihat keadaan sekitar. Sekilas, playground nampak sangat tenang dari kejauhan. Lama-lama saya penasaran juga untuk coba melihatnya dari jarak dekat. "Bujubuseeettt! Yang bener aja, nih!" kaget saya dalam hati sambil sedikit menahan gelak tawa. Di dalam playground ternyata juga ada orang-orang tidur hingga ke tingkat duanya! Dengan alas tidur busa nan empuk dijamin tidurnya makin keceh. Buktinya saya bisa dengar dengkuran dari dalam playground.Jika udah ngerasa mati gaya, silakan internetan aja dengan cara connect to WiFi@Changi atau Wireless@SG. Namun nggak sembarang langsung bisa internetan. Anda harus kunjung dulu ke counter information terdekat dan minta selembaran username dan password yang harus diketik di halaman utamanya. Satu username hanya dapat dipakai selama 4 jam ke depan. Saya pun mulai rebahan di bangku dan cari posisi paling enak buat "tidur ayam" beberapa jam ke depan. Salah satu teman saya malah udah niat tidur dengan nutupin mukanya dengan sapu tangan. Yang satunya lagi malah ngacir ke Baby Care Room. Dia bilang di dalam enak buat tidur karena AC-nya dingin, udah gitu bisa charge HP pula. Nggak usah khawatir bila tengah malam kebelet mau buang air. Ada toilet masih di lokasi sama yang dijamin super nyaman mengingat jarang ada orang yang main ke pojokkan. Pikiran saya mulai sotoy, pasti petugas cleaning service-nya girang begitu tahu dia dapat shift di toilet ini.
Sebenarnya dulu saya pernah mengunjungi tempat ini beberapa bulan lalu. Lokasinya yang sangat "strategis" di pojokkan membuatnya hampir tidak pernah ada orang yang berkunjung meski di siang hari. Playground-nya juga nggak ada yang mainin. Malah saya sudah merencanakannya dahulu ketika suatu saat nanti saya tidur di Changi, maka tempat inilah yang terbaik. Namun ada juga beberapa orang yang memiliki urusan tertentu untuk datang ke tempat ini. Urusan apa itu? Ya, tidur...."It's not just about the destination, but the journey" (October 2013)
Terimakasih anda telah membaca artikel tentang Bermalam Gratisan (PART 2): Singapura. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan anda untuk mencantumkan link https://howtravelguide.blogspot.com/2013/10/bermalam-gratisan-part-2-singapura.html. Terimakasih atas perhatiannya.